Marhaban Ya Ramadhan
Tulisan Fahmi Murtadha
Borneo Nusantara News - Tidak terasa kita akan memasuki bulan Ramadhan. Bulan yang di dalamnya terdapat rahmah, maghfirah, dan itqun minan nar (terhindar dari api neraka), dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda:
"Dan dia bulan yang awalnya adalah rahmat, dan tengahnya ampunan, dan akhirnya terhindar dari api neraka." (Riwayat Baihaqi)
Sepuluh hari pertama adalah rahmat atau dalam kata lain, yaitu kasih sayang. Maksudnya bahwa Allah menyayangi umatnya yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadan selain untuk mendekatkan diri kepada Allah juga ada maksud lain, satu di antaranya mengingatkan hambanya terhadap mereka yang dalam keadaan fakir, miskin, dan yatim piatu mengalami kemalangan. Paginya mereka makan, tetapi siang atau malamnya mereka tidak atau bahkan sebaliknya dikarenakan tidak memiliki kelebihan rezeki memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Di sinilah kasih sayang Allah supaya kita yang memiliki kelebihan rezeki menghibur mereka dengan bersedekah berupa makanan ketika berbuka dan sahur. Sedekah itu diutamakan orang di sekitar kita yang mengalami kemalangan, seperti tetangga dan sanak saudara.
Sepuluh hari kedua, yaitu maghfirah bahwa Allah mengampuni dosa kita di masa lalu selama setahun penuh, mulai Syawal tahun lalu hingga Ramadhan di tahun ini. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa melaksanakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan ingin mendapatkan pahala, maka dia diampuni semua dosanya yang telah lewat.” [HR. Muslim]
Sepuluh hari ketiga, yaitu itqun minan nar. Maksudnya adalah terbebas dari api neraka, yaitu di sepuluh hari terakhir. Godaan semakin berat, karena banyak orang sibuk mempersiapkan hari raya idul fitri sehingga tidak heran mereka berbelanja ke pasar untuk memenuhi kebutuhan berupa sandang, pangan, dan papan untuk menyambut tamu yang akan bertandang ke rumah mereka di hari raya.
Bagi yang mampu meningkatkan amal ibadah seperti i’tikaf, shalat sunnah, tadabur dan tilawah Al-Qur’an serta ibadah sunnah lainnya dibarengi ibadah mahdhah terlebih mendapatkan keutamaan laylatul Qadar. Inilah yang akan mendapatkan janji Allah terbebas dari api neraka, disebabkan mereka disibukkan dengan amal ibadah yang lebih utama ketimbang hal duniawi. Rasulullah SAW bersabda
"Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki sepuluh Ramadhan terakhir. Beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).
Wallahu A’lam bish shawab