Wujudkan Hidrogen Hijau dalam Transisi Energi, PLN Nusantara Power Manfaatkan Hidrogen Sektor Industri Ketenagalistrikan
Borneo Nusantara News - Surabaya, 10 maret. PLN Nusantara Power (PLN NP) kembali mendukung dalam upaya pemerintah mewujudkan bauran energi nasional dari energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. Melalui pemanfaatan hidrogen dalam unit pembangkit, PLN NP dapat berkontribusi dalam mewujudkan net zero emission. Hal ini diungkapkan PLN NP dalam Hydrogen Roundtable Talk yang dihadiri Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM, Dadan Kusdiana serta berbagai instansi yang memiliki perhatian terhadap perkembangan dunia EBT.
Roundtable Talk ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan public, serta juga untuk menarik perhatian pemerintah, sektor industri dan sektor energi tentang pentingnya peran Green Hydrogen dalam turut mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emission, baik sebagai bahan baku industri, maupun sebagai sumber eneri atau energy carrier dan energy storage.
Dadan Kusdiana, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM menyampaikan aspek kebijakan dan regulasi dari sisi pemerintah Republik Indonesia dalam mendorong terbentuknya sektor industri produsen Green Hydrogen, maupun memperluas konversi pemanfaatan Green Hydrogen sebagai alternatif dari Hydrogen konvensional.
"Hidrogen diharapkan sebagai salah satu kontributor transisi energi dan memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global. Hidrogen diharapkan sebagai salah satu kontributor transisi energi dan memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global", ungkap Dadan.
Direktur Operasi Pembangkit Gas PLN Nusantara Power, Yossy Noval, yang juga menjadi salah satu pembicara dalam acara tersebut, mengungkapkan peran PLN NP sebagai perusahaan pembangkit dalam memanfaatkan hidrogen dan menciptakan net zero emission serta mewujudkan bauran energi nasional.
"Keunggulan pemanfaatan Hidrogen di sektor ketenagalistrikan antara lain, Hidrogen adalah opsi untuk ESS (Energy Storage System) selain Baterai yg memiki cycle operasional lebih baik", terang Yossy.
Hadirnya PLN NP sebagai pembicara ini juga turut menebalkan komitmen PLN NP dalam mendukung kebijakan dan regulasi pemerintah dalam menurunkan emisi CO2 dari sektor industri ketengalistrikan.
" Green Hydrogen yg berasal dari Energi Surya maupun Angin dapat dikombinasikan dengan teknologi Fuel Cell untuk menjadikannya Green Electricity yang cocok untuk model EBT kepulauan, sehingga listrik yg dihasilkan menjadi hijau dan stabil (renewstable)," tambahnya.
Di sektor industri proses kimia, hidrogen juga berfungsi sebagai bahan baku. Industri pupuk, indsurtri petrokimia, dan industri baja merupakan pengguna hidrogen sebagai bahan bakunya. Kebutuhan akan hidrogen terus bertambah dalam sektor industri, dan hidrogen telah menjadi bagian integral dari industri energi sejak pertengahan abad ke-20, saat penggunaannya menjadi hal yang biasa dalam penyulingan minyak.
Bagi Indonesia, hiidrogen dapat merupakan instrumen energi yang penting dalam memenuhi ambisi Indonesia untuk mencapai tujuan iklim. Oleh karenanya sangat penting artinya untuk mengenal proses produksi hidrogen hijau yaitu produksi hidrogen yang tidak menghasilkan emisi. Hidrogen hijau sangat berperan dalam turut menurunkan emsisi CO2 di sektor industri Indonesia, seperti dalam pembuatan besi dan baja, aluminium dan bahan kimia, serta transportasi internasional.
Indonesia sedang mengembangkan simulasi strategi jangka panjang menuju Net Zero Emission pada tahun 2060. Hal ini mendukung komitmen Indonesia pada Paris Agreement untuk mencapai penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29% pada tahun 2030, dan kontribusi sektor energi pada Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 314 juta ton CO2e. ( Elwin )