Bajingan yang Tolol Itu
Oleh Coach Addie | Adi Supriadi, MM
Adi Supriadi |
Bajingan yang Tolol Itu
Pertama-tama, mari kita definisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan "bajingan yang tolol" dalam konteks ini. Secara harfiah, kedua kata tersebut memiliki konotasi yang negatif. "Bajingan" merujuk pada seseorang yang jahat, tidak bertanggung jawab, dan tidak peduli dengan orang lain. Sementara itu, "tolol" menggambarkan seseorang yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai atau tidak mampu berpikir secara rasional. Jika kita menggabungkan kedua kata tersebut, "bajingan yang tolol" adalah sebutan bagi seorang pemimpin yang jahat, egois, dan tidak berpikir secara bijak dalam mengambil keputusan.
Pemimpin yang egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri sering kali melupakan tanggung jawabnya terhadap kelompok atau organisasi yang dipimpinnya. Mereka cenderung mengutamakan kepentingan pribadi dan meremehkan dampak negatif yang mungkin timbul akibat keputusan mereka. Sebagai contoh, bayangkan seorang pemimpin perusahaan yang memutuskan untuk mengurangi jumlah karyawan demi menghemat biaya. Pemimpin yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dari keputusan tersebut, serta mencari solusi alternatif yang lebih berkelanjutan. Namun, "bajingan yang tolol" hanya memikirkan bagaimana keputusannya dapat memberikan keuntungan pribadi tanpa memperhatikan konsekuensi negatif bagi orang lain.
Selain itu, pemimpin yang egois juga cenderung memperlakukan bawahannya dengan tidak adil. Mereka memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk keuntungan pribadi, tanpa memikirkan kesejahteraan dan pengembangan bawahan. Sebagai pemimpin, seharusnya mereka melibatkan dan menghargai kontribusi dari seluruh anggota tim. Namun, "bajingan yang tolol" lebih memilih untuk menjaga kekuasaan dan meremehkan pikiran dan ide-ide yang berasal dari rakyatnya.
Pemimpin yang egois juga sering kali enggan untuk mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas kegagalan yang terjadi. Mereka cenderung menyalahkan orang lain atau mencari alasan untuk mencuci tangan dari kesalahan yang telah mereka buat. Padahal, sebagai pemimpin, mereka harus mampu mengambil tanggung jawab penuh atas segala keputusan dan tindakan yang diambil. Mereka harus menjadi contoh yang baik bagi bawahan mereka, dengan memperlihatkan etika kerja yang tinggi dan kesiapan untuk belajar dari kegagalan.
Dalam kesimpulannya, seorang pemimpin yang egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri, tanpa peduli dengan nasib orang lain atau konsekuensi dari keputusan yang diambilnya, dianggap sebagai "bajingan yang tolol". Pemimpin seperti ini seringkali tidak bertanggung jawab, tidak adil dalam memperlakukan bawahannya, dan enggan untuk mengakui kesalahan yang telah dilakukannya. Sebagai masyarakat, kita harus mampu mengidentifikasi pemimpin-pemimpin semacam ini dan tidak memilih mereka sebagai pemimpin yang berperan dalam memajukan bangsa ini.
Bandung, 3 Agustus 2023