Pembukaan Pesantren Ramadhan di LAPAS 2A Pontianak 2025 bersama LDK
Borneo Nusantara News - Pontianak, Pembukaan Pesantren Ramadhan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 2A Pontianak berlangsung khidmat pada hari ini. Acara ini dihadiri oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat, Dr. Samsul Hidayat, MA, yang sekaligus menjadi pembicara utama dalam kegiatan tersebut. Hadir pula Aswan, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalbar, serta perwakilan Kalapas 2A, Bapak Untung, yang membuka acara secara resmi. (03/03/2025)
Dalam sambutannya, Bapak Untung menyampaikan apresiasi terhadap pelaksanaan Pesantren Ramadhan ini sebagai bagian dari program pembinaan bagi warga binaan. “Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi menjadi momentum penting dalam meningkatkan aspek spiritual dan mental para warga binaan. Kami berharap, melalui pembelajaran agama, mereka dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah dan mengukuhkan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik setelah masa hukuman berakhir,” ungkapnya.
Dr. Samsul Hidayat dalam ceramahnya menekankan pentingnya mengenal Allah atau Ma'rifatullah sebagai salah satu tujuan utama kehidupan manusia. “Mengenal Allah bukan sekadar mengetahui nama-nama indah-Nya (Asmaul Husna) yang berjumlah 99, tetapi juga berarti menyelaraskan hati dan tindakan kita dengan kehendak-Nya,” jelasnya.
Beliau mengutip firman Allah dalam
Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 180:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ
بِهَا
“Hanya milik Allah asmaul husna, maka
memohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu.”
Menurut Dr. Samsul, pengenalan terhadap
Allah juga berarti mengakui bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik
Allah dan berjalan sesuai ketetapan-Nya. “Dalam proses ini, para warga binaan
diharapkan bisa lebih tenang dan ikhlas dalam menghadapi segala ujian hidup,
termasuk dalam masa pembinaan di lapas ini,” tambahnya.
1. Melepaskan Rasa Bersalah dengan Asma
'At-Tawwab'
Rasa bersalah kerap kali menjadi beban
berat bagi narapidana. Untuk itu, Dr. Samsul mengajak para peserta untuk
melafalkan Asma 'At-Tawwab' (التَّوَابُ) yang berarti "Yang Maha Penerima
Taubat" secara berulang-ulang. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
QS. Thaha ayat 82:
فَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ
وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ
"Maka sesungguhnya Aku Maha
Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di
jalan yang benar."
“Visualisasikan rasa bersalah tersebut
terlepas dari hati dan digantikan dengan ketenangan batin,” ujar Dr. Samsul. Ia
juga memberikan teknik refleksi diri dengan pertanyaan mendalam seperti,
"Apakah saya bisa melepaskan rasa bersalah ini?" dan "Kapan saya
akan melepaskannya?" dengan jawabannya yang tegas: "Sekarang."
2. Melepaskan Rasa Dendam dengan Asma
'Al-‘Afuww'
Selain rasa bersalah, dendam juga menjadi
penghambat utama proses rehabilitasi. Dr. Samsul memperkenalkan Asma
'Al-‘Afuww' (الْعَفُوُ) yang berarti "Yang Maha Pemaaf." Melalui
dzikir "Ya ‘Afuww," para narapidana diajak untuk melepaskan rasa
dendam dan membangun sikap pemaaf.
Ia juga mengutip QS. An-Nur ayat 22:
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ
أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Maka maafkanlah mereka dan berlapang
dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.”
Melalui metode ini, warga binaan diajak
untuk menyadari, menerima, dan secara aktif melepaskan rasa dendam dengan
pertanyaan refleksi: "Bisakah saya melepaskan rasa dendam ini?" dan
"Kapan saya akan memaafkan?" dengan jawabannya yang optimis:
"Sekarang."
Aswan, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PW Muhammadiyah Kalbar, memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pesantren Ramadhan ini. “Program ini merupakan wujud nyata dakwah dan kontribusi Muhammadiyah dalam mendukung proses rehabilitasi warga binaan. Kami berharap para narapidana tidak hanya mendapatkan pencerahan spiritual, tetapi juga mampu membawa perubahan positif dalam hidup mereka,” ucapnya.
Acara yang berlangsung dengan penuh hikmat
ini ditutup dengan doa bersama. Para peserta tampak antusias dan terharu,
menunjukkan bahwa kegiatan ini membawa pengaruh positif bagi mental dan
spiritual mereka. Diharapkan, melalui pendekatan spiritual dan konsep
“Releasing” yang disampaikan, para narapidana dapat kembali ke masyarakat
dengan jiwa yang lebih tenang, bersih dari dendam, dan siap memulai lembaran
baru dalam kehidupan.